ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

thumbnail

ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

Mata Kuliah Administrasi Kependudukan
Kelas A : Semester IV Program Studi Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Islam Kuantan Singingi

Oleh : Alsar Andri

BAB I
PERTEMUAN KE I
KONSEP DAN DEFINISI DEMOGRAFI

Penduduk
Pendahuluan
Dalam perencanaan pembangunan, data kependudukan memegang peran yang penting. Makinlengkap dan akurat data kependudukan yang tersedia makin mudah dan tepat rencana pembangunan itu dibuat. Sebagai contoh, dalam perencanaan pendidikan diperlukan data mengenai jumlah penduduk dalam usia sekolah. Untuk dapat memahami keadaan kependudukan di suatu daerah atau Negara maka perlu didalami kajian Demografi. Di Negara-negara yang sedang membangun data komponen demografi hakiki umumnya tidak lengkap, dan adaikata ada reabilitasnya pun sangat rendah. Untuk mengatasi kekurangan ini ahli demografi membuat perkiraan (estimasi) komponen demografi berdasarkan data hasil Sensus Penduduk atau data sekunder.

Definisi Demografi
Berdasarkan Multilingual Demografhic Dictionary (IUSSP, 1982) definisi demografi adalah sebagai berikut :
“Demography is the scientific study of human population in primarily with the respect to their size, their structure (composition) and their development (change)”.

Demografi mempelajari penduduk (suatu wilayah) terutama mengenai jumlah, struktur (komposisi penduduk) dan perkembangannya (perubahannya).
Philip M. Hauser dan Duddley Duncan (1959) mengusulkan definisi demografi sebagai berikut :
“Demography is the study of the size, territorial distribution and composition of population, change there in and the components of such changes which maybe identified as natality, territorial movement (migration), and social mobility (change of state)”.

Demografi mempelajari jumlah, pesebaran, territorial dan komposisi penduduk serta perubahan-perubahannya dan sebab-sebab perubahan  itu, yang biasanya timbul karena natalitas (fertilitas), mortalitas, gerak teritorial (migrasi) dan mobilitas sosial (perubahan status).

Sedangkan yang dimaksud dengan penduduk dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1992 Tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera adalah orang dalam matranya sebagai pribadi, anggota keluarga, anggota masyarakat, warga Negara dan himpunan kuantitas yang bertempat tinggal di suatu tempat dalam batas wilayah Negara pada waktu tertentu.

Dari kedua definisi di atas dapatlah disimpulkan bahwa demografi mempelajari struktur dan proses penduduk di suatu wilayah. Struktur penduduk meliputi : jumlah, persebaran dan komposisi penduduk. Memperhatikan uraian tersebut dapatlah dikatakan bahwa demografi mempelajari aspek kependudukan yang statis dan dinamis. Demografi tidaklah mempelajari penduduk sebagai individu, tetapi penduduk sebagai suatu kumpulan (aggregates atau collection).

Studi Kependudukan
Studi kependudukan (population studies) lebih luas dari kajian demografi murni, karena di dalam memahami struktur dan proses kependudukan di suatu daerah, faktor-faktor non demografis ikut dilibatkan, misalnya dalam memahami trend fertilitas di suatu daerah tidak hanya cukup diketahui trend pasangan usia subur, tetapi juga faktor sosial budaya yang ada di daerah tersebut. Pada masyarakat patrilinial di mana tiap keluarga mendambakan anak laki-laki, maka besarnya jumlah anak yang digunakan tergantung pada sudah ada tidaknya anak laki-laki pada keluarga tersebut. Jadai untuk mengetahui perkembangan penduduk di suatu daerah perlu diketahui faktor-faktor determinan yang tidak hanya berasal ari faktor non demografi.
Kammeyer (1971) memperjelas perbedaan antara demografi formal dengan studi kependudukan lewat perbedaan antara variable pengaruh (independent variable=IV) dengan variable terpengaruh (Dependent=DV). Kalau variable pengaruh dan variable terpengaruh kedua-duanya dari terdiri dari variable demografi maka tipe studi tersebut adalah demografi murni (demografi formal). Apabila salah satu variabelnya non demografi, maka kajian tersebut adalah studi kependudukan.
Tabel I. 1 : Contoh Analisa Demografi Formal dan Studi Kependudukan Berdasarkan Jenis Variabel Pengaruh dan Variabel Terpengaruh
Type Studi
Variabel Pengaruh (IV)
Variabel Terpengaruh (DV)
Demografi Formal
Variabel Demografi
-      Komposisi Umur
-      Komposisi Kelahiran
Variabel Demografi
-     Tingakat Kelahiran
-     Komposisi Umur
Studi Kependudukan (contoh tipe I)
Variabel Non Demografi
-      Faktor Sosiologis : Mis     Klas Sosial
-      Faktor Ekonomi : Mis       Kesempatan Ekonomi
Variabel Demografi
-     Migrasi Keluar
Studi Kependudukan (contoh tipe II)
Variabel Demografi
-      Tingkat Kelahiran
-      Migrasi Masuk
-      Tingkat Kematian
Variabel Non Demografi
-     Kebutuhan Pangan
-     Kemiskinan
-     Pertumbuhan Ekonomi
Sumber : Kemmeyer, Kenneth CW, 1997.

  

BAB II
PERTEMUAN KE II
TEORI KEPENDUDUKAN

Pendahuluan
Pada awal mulai tahun 1650 laju pertumbuhan penduduk dunia meningkat dengan cepat. Pada tahun 1650 jumlah penduduk Negara-negara Eropa, Amerika Serikat, Amerika Tengah dan Amerika Selatan 113 Juta Jiwa, pada tahun 1750 menjadi 152,4 Juta, dan kemudian pada tahun 1850 menjadi 325 juta jiwa. Jadi dalam dua abad jumlahnya menjadi tiga kali lipat, sedangkan untuk benua Asia-Afrika dalam jangka waktu yang sama jumlah penduduknya hanya berubah dua kali banyaknya.

Tabel II. 1 : Perkiraan Jumlah Penduduk Dunia Berdasarkan Benua/Wilayah, 1650-1950
Benua/
Wilayah
Distribusi Penduduk  (dalam jutaan)
1650
1750
1800
1850
1900
1950
Jlh
%
Jlh
%
Jlh
%
Jlh
%
Jlh
%
Jlh
%
Eropa
100
18,3
140
19,2
187
20,7
166
22,7
401
24,9
541
22,5
Amerika Latin
1
0,2
13
0,1
57
0,7
26
2,3
81
5,1
166
6,9
Amerika Tengah dan Selatan
12
2,2
111
1,5
189
2,1
33
2,8
63
3,9
162
6,8
Oseanea
2
0,4
2
0,3
2
0,2
2
0,2
6
0,4
13
-
Afrika
100
18,3
95
13,1
90
9,9
95
9,1
120
7,4
198
0,5
Asia
330
60,6
479
65,8
602
66,4
749
63,9
937
58,3
1320
8,3
55,0
Jumlah
545
1000,0
758
1000,0
906
1000,0
1171
100,0
1608
100,0
2400
100,0
Sumber : Landis and Hatt, 1959

Tingginya laju pertumbuhan penduduk di beberapa bagian dunia ini menyebabkan jumlah penduduk meningkat dengan cepat. Di beberapa bagian di dunia ini telah terjadi kemiskinan dan kekurangan pangan. Fenomena ini menggelisahkan beberapa ahli, dan masing-masing dari mereka berusaha mencari faktor-faktor penyebab tersebut telah diketemukan maka masalah kemiskinan akan dapat diatasi.

Umumnya para ahli tersebut  dikelompokkan menjadi tiga kelompok. Kelompok pertama terdiri dari penganut aliran Malthusian. Aliran Malthusian dipelopori oleh Thomas Robert Malthus dan Neo Malthusian dipelopori oleh Garreth Hardin dan Paul Ehrlich. Kelompok Kedua terdiri dari penganut Marxist yang dipelopori oleh Karl Marx dan Friedrich Enggels. Kelompok Ketiga terdiri dari pakar-pakar teori kependudukan yang ada. Beberapa dari pakar tersebut yang akan dibicarakan di sini adalah John Stuart Mill, Arsene Dumont dan Emile Durkheim. Aliran Malthusian dan Marxist masing-masing mempunyai pengikut yang luas. Aliran Malthusian umumnya dianut di Negara-negara kapitalis dan aliran Marxist dianut di Negara-Negara sosialis. Dibawah ini secara singkat pandangan dari masing-masing aliran tersebut.

Aliran Malthusian dan Neo Malthusian
Aliran Malthusian
Aliran ini dipelopori oleh Thomas Robert Malthus, seorang pendeta Inggris, hidup pada tahun 1766 hingga tahun 1834. Thomas Roberth Malthus lahir di Kota Watton Surrey Inggris. Essay On Population dikarang tahun 1798, Malthus berpandangan populasi manusia akan bertambah, jika tidak dikendalikan akan tumbuh menurut deret geometris (ukur) yaitu 1, 2, 4, 8, 16 dan seterusnya. Sedangkan produksi makanan akan hanya akan meningkat menurut deret aritmatika (angka) yaitu 1, 2, 3, 4, 5 dan seterusnya. Hal ini tentu tidak akan mencukupi kebutuhan manusai yang tersu bertambah. Sebagaimana ia katakana “Human species would increase as the number 1, 2, 4, 8, 16, 32, 64, 128, 256, and substance as 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9. In two centuries the population would be to the means of subsistence as 236 to 9, in there be almost incalcualable”.
Malthus menyatakan bahwa penduduk (seperti juga tumbuh-tumbuhan dan binatang) apabila tidak ada pembatasan, akan berkembang biak dengan cepat dan memenuhi dengan cepat beberapa bagian dari permukaan bumi. Tingginya pertumbuhan penduduk  disebabkan karena hubungan kelamin antara laki-laki dan perempuan tidak bisa dihentikan.
Seperti telah disebutkan di atas, untuk dapat keluar dari permasalahan kekurangan pangan tersebut, pertumbuhan penduduk harus dibatasi. Menurut Malthus pembatasan tersebut, dapat dilaksanakan dengan dua cara yaitu : Preventive Check dan Positive Check. Preventive Check adalah pengurangan penduduk melalui penekanan kelahiran. Preventive Check dibagi menjadi dua, yaitu : Moral Restrain dan Vice. Sedangkan Positive Check adalah pengurangan penduduk melalui proses kematian. Positive Check dapat dibagi menjadi dua, yaitu : Vice dan Missery. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat tabel di bawah ini :

Tabel II.2 : Pembatasan Pertumbuhan Penduduk
Preventive Check
(Lewat Penekanan Kelahiran)
Potive Check
(Lewat Proses Kematian)
Moral Restraint
(Pengekangan Diri)
Vice
(Usaha Pengurangan Kelahiran)
Vice
(segala Jenis Pencabutan Nyawa)
Misery
(Keadaan Yang Menyebabkan Kematian)
-       Segala usaha mengekang nafsu seksual
-       Penundaan perkawinan
-       Pengguguran Kandungan
-       Homoseksual
-       Promiscuity
-       Adultery
-       Penggunaan alat-alat kontrasepsi
-     Pembunuhan anak-anak
-     Pembunuhan orang-orang cacat
-     Pembunuhan orang-orang tua
-      Epidemi
-      Bencana alam
-      Peperangan
-      Kelaparan
-      Kekurangan       pangan
Sumber : Weeks 1992 yang disesuaikan dengan Thomas Robert Malthus

Asumsi Malthus yang mengatakan bahwa dunia akan kehabisan sumber daya alam karena jumlah penduduk yang selalu meningkat tidak dapat diterima oleh akal sehat (Amerika, Afrika, Australia dan Asia) dengan sumber daya alam yang berlimpah, baru saja terbuka untuk para migrant dari dunia lama (misalnya eropa barat). Mereka memperkirakan bahwa sumber daya alam di dunia baru tidak akan dapat dihabiskan. Beberapa kritik terhadap teori Malthus adalah sebagai berikut :
i.      Malthus tidak memperhitungkan kemajuan-kemajuan transfortasi
ii.    Dia tidak memperhitungkan kemajuan yang pesat dalam bidang teknologi
iii.  Malthus tidak memperhitungkan usaha pembatasan kelahiran bagi pasangan-pasangan   yang sudah menikah.
iv.  Fertilitas akan menurun apabila terjadi perbaikan ekonomi.

Aliran Neo Malthusian
Pada akhir abad ke-19 dan permulaan abad ke-20 teori Malthus mulai diperdebatkan lagi. Kelompok yang menyokong aliran Malthus tetapi lebih radikal disebut dengan Kelompok Neo-Malthusianisme. Kelompok ini tidak sependapat dengan Malthus bahwa mengurangi jumlah penduduk cukup dengan Moral Restraint  saja. Untuk keluar dari perangkap Malthus, mereka menganjurkan menggunkan semua cara “Preventive Check” misalnya dengan penggunaan alat-alat kontrasepsi untuk mengurangi jumlah kelahiran, pengguguran kandungan (abortion).
Menurut Kelompok ini yang dipelopori oleh Garrett Hardin dan Paul Ehrlich pada abab ke-20 (pada tahun1950-an), dunia baru yang pada zamannya Malthus masih kosong kini sudah mulai penuh dengan manusia. Tiap minggu lebih dari satu juta jiwa lahir di dunia, ini berarti satu juta jiwa lagi mulut yang akan harus diberi makan. Di tahun 1960-an dan 1970-an photo-photo yang diambil dari ruang angkasa menunjukkan bahwa bumi kita terlihat seperti sebuah kapal yang berlayar di ruang angkasa dengan persedian bahan bakar dan bahan makanan yang terbatas. Pada suatu saat, kapal ini akan kehabisan bahan bakar dan bahan makanan, sehingga akhirnya malapetaka menimpa kapal tersebut.
Paul Ehrlich dalam bukunya “The Population Bomb” pada tahun 1971, menggambarkan penduduk dan lingkungan yang ada di dunia dewasa ini sebagai berikut. Pertama, dunia ini sudah terlalu banyak manusia. Kedua, keadaan bahan makanan sudah sangat terbatas. Ketiga, karena terlalu banyak manusia di dunia ini lingkungan sudah banyak yang tercemar. Pada tahun 1972, Meadow menerbitkan sebuah buku dengan judul “The Limit to Growth”. Tulisan Meadow memuat hubungan antara variable lingkungan yaitu : penduduk, produksi pertanian, produksi industry, sumber daya alam dan populasi.

Aliran Marxist
Aliran ini dipelopori oleh Karl Marx dan Friedrich Enggels. Tatkala Thomas Robert Malthus meninggal di Inggris pada tahun 1834, mereka berusia belasan tahun. Kedua-duanya lahir di Jerman kemudian secara sendiri-sendiri hijrah ke Inggris. Teori ini merupakan antitesa dari teori Thomas Robert Malthus, menurut Marx tekanan penduduk yang terdapat di suatu Negara bukanlah tekanan penduduk, terhadap bahan makanan, tetapi tekanan penduduk terhadap kesempatan kerja. Kemelaratan terjadi bukan disebabkan karena pertumbuhan penduduk yang terlalu cepat, tetapi karena kesalahan masyarakat itu sendiri seperti yang terdapat pada Negara-negara kapitalis. Kaum kapitalis akan mengambil sebagian pendapatan dari buruh sehingga menyebabkan kemelaratan buruh tersebut. Sebagai contoh, seorang buruh yang bekerja di bengkel kendaraan bermotor selama 8 jam, tetapi ia hanya dibayar untuk kerja selama 6 jam karena upah selama 2 jam digunakan untuk membayar sewa alat-alat bengkel yang dipunyai oleh pemilik bengkel.
Beberapa Teori Kependudukan Mutakhir
Pada akhir abad ke-19 dan permulaan abad ke-20 diadakan formulasi kembali (reformulation) beberapa teori kependudukan terutama teori Malthus dan Marx yang merupakan rintisan teori kependudukan mutakhir. Teori-teori ini dapat dibagi menjadi dua Kelompok yaitu : a. Kelompok teori fisiologis dan sosial ekonomi. b. Teori teknologi.

Teori fisiologi dan sosial ekonomi

i.    John Stuart Mill, seorang filsafat dan ahli ekonomi berkebangsaan Inggris dapat                menerima pendapat Malthus mengenai laju pertumbuhan melampaui laju pertumbuhan bahan makanan sebagai suatu aksioma. Namun demikian dia berpendapat bahwa pada situasi tertentu manusia dapat mempengaruhi perilaku demografinya. Selanjutnya ia mengatakan apabila produktivitas seorang tinggi ia cenderung ingin mempunyai keluarga yang kecil. Dalam situasi seperti ini fertilitas akan rendah. Jadi taraf hidup (standart of living) merupakan determinan fertilitas. Tidaklah benar bahwa kemiskinan tidak dapat dihindarkan seperti dikatakan Malthus atau kemiskinan itu disebabkan karena sistem kapitalis seperti pendapat Marx. Mill berpendapat jika disuatu wilayah kekurangan pangan, sifatnya hanya sementara dan soluisiny adalah mengimport makananan atau memindahkan penduduk. Jika tinggi rendahnya tingkat kelahiran penduduk ditentukan oleh manusia itu sendiri, maka Mill menyarankan untuk meningkatkan tingkat golongan yang tidak mampu melalui pendidikan.

ii.    Arsene Dumont, seorang ahli demografi bangsa Perancis yang hidup pada akhir abad ke-19. Pada tahun 1890 dai menulis sebuah artikel berjudul Depopulation et Civilization.  Ia melancarkan teori ini yang disebut dengan teori Kapilaritas Sosial (Theory Of Sosial Capilarity). Kapilaritas sosial mengacu kepada keinginan seorang untuk mencapai kedudukan yang tinggi di masyarakat, Misalnya : Seorang ayah selalu mengharapkan dan berusaha agar anaknya memperoleh kedudukan sosial ekonomi yang tinggi melebihi apa yang ia sendiri telah mencapainya. Utnuk mencapai kedudukan yang tinggi dalam masyarakat, keluarga yang besar merupakan beban yang berat dan perintang. Konsep ini dibuat berdasarkan atas analogi bahwa cairan akan naik pada sebuah pipa kapilar. 

iii.  Emile Durkheim, adalah seorang ahli sosiologi Perancis yang hidup pada akhir abad ke-19. Apabila Dumont menekankan perhatiaanya pada factor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk, maka Durkheim menekankan perhatiaannya pada keadaan akibat dari adanya pertumbuhan penduduk yang tinggi. Ia mengatakan, pada suatu wilayah di mana angka kepadatan penduduknya tinggi akibat tingginya laju pertumbuhan penduduk, akan timbul persaingan di antara penduduk untuk dapat mempertahankan hidup. Dalam usaha memenangkan persaingan tiap-tiap orang berusaha untuk meningkatkan pendidikan dan keterampilan, dan mengambil spesialisasi tertentu.

iv. Michael Thomas Sadle dan Doubleday, kedua ahli ini adalah penganut teori fisiologis.  Sadler mengatakan, bahwa daya reproduksi dibatasi oleh jumlah penduduk yang ada di suatu Negara atau wilayah. Jika kepadatan penduduk tinggi, daya reproduksi akan menurun, sebaliknya jika kepadatan penduduk rendah, daya reproduksi manusia akan meningkat. Teori Doubleday hamper sama dengan teori Sadler, hanya titik tolaknya berbeda. Kalau Sadler mengatakan bahwa daya reproduksi penduduk berbanding terbalik dengan tingkat kepadatan penduduk, maka Doubleday berpendapat bahwa daya reproduksi penduduk berbanding terbalik dengan bahan makanan yang tersedia. Jadi kenaikan kemakmuran menyebabkan turunnya daya reproduksi manusia. Menurut Doubleday, kekurangan bahan makanan akan merupakan perangsang bagi daya reproduksi manusia, sedang kelebihan pangan justru merupakan factor pengekang perkembangan penduduk.

Penganut Kelompok Teknologi Yang Optimis
Penganut ini beranggapan bahwa manusia dengan ilmu pengetahuannya mampu melipatgandakan produksi pertanian (sanggahan teori Malthus). Mereka mampu mengubah kembali (recycling) barang-barang yang sudah habis dipakai, sampai akhirnya dunia ketiga mengakhiri masa transisi demografinya. Ahli futurology Herman Kahn (1976) mengatakan bahwa Negara-negara kaya akan membantu Negara-negara miskin, dan akhirnya kekayaan itu juga akan jatuh kepada oarng-orang miskin. Dengan tingkat teknologi yang ada sekarang ini mereka memperkirakan bahwa dunia ini dapat menampung 15 miliun orang dengan pendapatan melebihi Amerika Serikat dewasa ini. Sedangkan Kelompok ekonomi lebih menitikberatkan kepada masalah-masalah organisasi sosial dimana struktur ekonomi dan distribusi pendapatan tidak mearata itulah yang menyebabkan oang-orang miskin dan kelaparan.