PERLUNYA REVITALISASI
IMPLEMENTASI KEBIJAKAN
Kelas Konsentrasi Kebijakan Publik Semester VI
Program Studi Administrasi Negara
Fakultas Ilmu Sosial
Universitas
Islam Kuantan Singingi
Oleh : Alsar Andri
Mengapa Lebih Banyak Kebijakan yang Gagal
Dibanding yang Berhasil
Revitalisasi Kebijakan |
Presman dan
Wildavsky tahun 1970, telah melakukan suatu studi untuk memahami mengapa
implementasi berbagai program yang dirancang oleh pemerintah pusat (federal government) cenderung gagal ketika diimplementasikan oleh
pemerintah Negara bagian (state
government). Kebijakan yang dirancang secara baik kenyataannnya setelah
diimplementasikan jauh dari harapan, bak panggang jauh dari api. Dokumen
kebijakan itu misalnya : undang-undang, peraturan pemerintah, regulasi
setingkat menteri dan program pembangunan rutin tahunan. Kegagalan implementasi
ini tidak hanya terjadi di Negara berkembang saja termasuk di Negara maju
sekalipun sulit untuk dilakukan.
Dalam kasus
Indonesia kita dapat melihat di TV dan membaca di media cetak bahkan dapat
merasakan langsung kejadian kegagalan implemnetasi kebijakan program dan proyek
pembangunan ditingkat pemerintah pusat, pemerintah daerah provinsi dan
kabupaten. Contoh kebijakan yang terbilang gagal secara implemntasi adalah
program anti kemiskinan, inpres daerah tertinggal (IDT) bantuan langsung tunai
(BLT) dan PNPM Mandiri.
Berbagai
factor yang disinyalir penyebab kegagalan implementasi. Selain masalah KKN juga
variabel penjelas yang lain seperti : penyeragaman kebijakan, lemahnya dukungan
pemerintah daerah dan rendahnya pengetahuan kelompok sasaran.
Alasan untuk
kita prihatin terhadap keggalan implementasi :
Pertama : Kerugian
secara finansial. Kerugian masyarakat akibat biaya yang dikeluarkan dalam
pengimplemntasian kebijakan tersebut.
Kedua : Hilangnya
Kesempatan (lost of opportunity).
Karena kegagalan implementasi, maka kesempatan untuk alokasi kegiatan lainnya
pun akan terkendala disebabkan skala prioritas.
Proses
implementasi bukanlah hal yang mudah, prosesnya bukan hanya aktivitas
administrative semata, yaitu sebagai fungsi pembagian kerja semata, pemberian
perintah dan mengawasi (command and
control). Namun kenyataannya implementasi tersebut melibatkan berbagai
elemen seperti : kualitas kebijakan, kapasitas organisasi, kemmapuan SDM serta
keberhasilan implementasi juga dipengaruhi oleh pemahaman mendalam mengenai
berbagai elemen, bekerja secara harmonis ditandai dengan : interaksi antar
actor, kapasitas pelaksana di lapangan, strategi penyampain informasi dan
sosialisasi serta kapasitas organisasi.
Kerumitan
bisa bertambah ketika kebijakan yang diimplementasikan tidak dirumuskan secara
jelas sebagai akibat kompromi politik. Hal ini akan membuat interpretasi
tentang maksud dan tujaun kebijakan dan akan terjadi deviasi tujuan atas
kebijakan tersebut.
Konseptualisasi Implementasi
Menurut
ilmuwan agar mendapat pemahaman yang baik terhadap sebuah kebijakan, maka
kebiajakn public harus diurai sebagai tahapan-tahapan, yaitu : agenda setting, formulasi, legitimasi,
implementasi, evaluasi, reformulasi dan terminasi. Dari siklus kebijakan
tersebut maka dapat dilihat implementasi hanyalah salah satu dari bagian siklus
tersebut. Pada hakikatnya dalam mengatasi persoalan implementasi yang cenderung
gagal, maka kita harus memahami kebijakan sebagai suatu yang komprehensif tidak
ada pemisahan kebijakan dari sudut pandang politik maupun administrative (dikhotonomi).
Maka
selanjutnya kita harus memahami kebijakan sebagai bagian dari proses atau
siklus kebiajakan (part of the stage of
the policy process). Pendekatan lainnya, implementasi kebijakan dilihat
sebagai suatu study atau sebagai bidang kajian (field of study).implementasi sebagai studi, tentu memiliki berbagai
element penting, yaitu : subject matter (ontologi),
cara memahami obyek yang dipelajari (epistomologi)
dan rekomendasi tindakan yang diperlukan (aksiologi).
Keberhasilan implementasi (kinerja implementasi) bervariasi menurut berbagai
variabel, baik para implementor, tipe kebijakan, jenis kelompok sasaran dan
lain sebagainya. Oleh karena itu, apabila meminjam logika yang positivistic,
upaya untuk menjelaskan fenomena implementasi seringkali digambarkan sebagai
hubungan antara variabel tergantung (depedent
variable) yaitu kinerja implementasi dengan variabel bebas (independent variable) misalnya : tipe
kebijakan, kualitas SDM birokrasi sebagai implementor, dukungan kelompok
sasaran dan lain-lain.
Sumber :
Ewan Agus Purwanto dan Dyah Ratih Sulstyaningsih, 2015, Implementasi Kebijakan : Konsep dan
Aplikasinya di Indonesia, Yogyakarta, Gava Media.
Assalamualaikum,
ReplyDeleteDiana hadir pak, ingin bertanya apa saja upaya yg harus dilakukan agar tidak terjadi kegagalan secara implementasi!
Sekian terimakasih🙏
Assalamualaikum,sindi amelia hadir pak🙏
ReplyDeletePertanyaan :
Seperti apa contoh yang benar dalam mengoptimalkan Revitalisari implementasi kebijakan yang baik guna meningkatkan berbagai program yang dirancang oleh pemerintah,yang cenderung gagal ketika diimplementasikan , menjadii lebih terarah dan tercapai tujuan awal yang telah ditetapkan?
Sekian Terimaksih🙏
Asslamualaikum
ReplyDeleteErmi jusmida hadir pak
Saya mau bertanya pak: sebutkan faktor -faktor yang disinyalir penyebab kegagalan implementasi
Sekian terimaksih
Assalamualaikum wr.wb pak
ReplyDeleteSaya Ria fitriani
Dari konsentrasi kebijakan publik ANA VI
Saya ingin menambahkan dedikit dari apa yang bapak tulis.
Yaitu faktor-faktor penyebab kegagalan Implementasi:
1. Kompleksitas inheren dalam implementasi
2. Harapan yang tidak realistis
3. Isu konsultan luar
4. Kustomisasi aplikasi yang terlalu berlebihan
5. Pelatih yang kurang memadai
6. Menggunakan IT untuk memecahkan masalah
7. Resi dan hambatan proses
8. Fleksibilit waktu proyek
9. Budaya perusahaan
10.Masa infrastruktur
Terimakasih pak🙏
Assalamuaalaikum pak. Saya yuni hastuti hadir pak. Saya mau bertanya pak apa contoh Kerugian secara finansial?
ReplyDeleteTerima kasih��
Assalamualaikum pak
ReplyDeleteSaya fima febriani hadir pak,
Apa yang dimaksud dari elemen ontologi,epistomologi,dan aksiologi?
Terima kasih
Assalamualaikum wr.wb pak
ReplyDeleteSaya Ria fitriani
Dari konsentrasi kebijakan publik ANA VI
Hadir pak.
Saya ingin menambahkan sedikit dari apa yang bapak tulis.
Yaitu faktor-faktor penyebab kegagalan Implementasi:
1. Kompleksitas inheren dalam implementasi
2. Harapan yang tidak realistis
3. Isu konsultan luar
4. Kustomisasi aplikasi yang terlalu berlebihan
5. Pelatih yang kurang memadai
6. Menggunakan IT untuk memecahkan masalah
7. Resi dan hambatan proses
8. Fleksibilit waktu proyek
9. Budaya perusahaan
10.Masa infrastruktur
Terimakasih pak🙏
Assalamualaikum pak, yusi aprilia hadir pak 🙏
ReplyDeleteSartika Rahayu Hadir Pak,
ReplyDeletesaya ingin bertanya pak
Apa yang dimaksud dari agenda setting, formulasi, legitimasi, implementasi, evaluasi, reformulasi dan terminasi dari tahapan" kebijakan publik tersebut pak? bisakan bapak berikan contoh dari tahapan" tersebut pak?
Terima kasih Pak
This comment has been removed by the author.
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
DeleteAssalamualaikum
ReplyDeleteMegi Apriliasari hadir pak
Saya ingin bertanya apa keuntungan menggunakan kinerja implementasi dengan variabel bebas?
Assalamualaikum,
ReplyDeleteDwi Lutfi Hayati Hadir pak,
Saya ingin bertanya apa upaya yg dapat dilakukan untuk menghindari atau mengurangi sebuah kegagalan dalam melakukan sebuah kebijakan?
Assalamualaikum
ReplyDeleteHeti Herawati hadir pak,
Saya ingin menanyakan apa penyebab dari kegagalan implementasi dan berikan solusi agar tidak terjadi kegagalan.
Terima kasih
Assalammualaikum pak🙏
ReplyDeleteSaya Arvi yolanda hadir
Alasan untuk kita prihatin terhadap keggalan implementasi,
Pertama : Kerugian secara finansial. Kerugian masyarakat akibat biaya yang dikeluarkan dalam pengimplemntasian kebijakan tersebut,,
Disini saya ingin bertanya, lalu bagaiman caranya agar tidak terjadinya kerugian secara finansial?
Sekian terimakasih pak🙏
Assalamualaikum pak
ReplyDeleteSaya chandra irawan hadir pak
Saya mau bertanya pak. Apa sebab dan akibat dari kegagalan implementasi di di daerah kita pak?
Assalamualaikum
ReplyDeleteYona Desranisami hadir pak.
Saya mau menambahkan sedikit tentang perlunya revitalisasi implementasi kebijakan.
Menurut T. B. Smith, ketika sebuah kebijakan telah dibuat, harus diimplementasikan dan hasilnya sedapat mungkin sesuai dengan apa yang diharapkan oleh pembuat kebijakan (Nakamura dan Smallwood, 1980: 2). Implementasi kebijakan yang gagal salah satu penyebabnya karena tidak terimplementasikan. Hal ini dapat terjadi karena tidak sesuai rencana, atau pembuatnya tidak menguasai permasalahan. Oleh karena itu, para aktor yang terlibat sebagai pelaksana kebijakan harus dapat meningkatkan koordinasi untuk menyepakati arah kebijakan yang dikehendaki. Sehingga, implementasi dapat berjalan sesuai dengan tujuan dan tidak menjadi kebijakan bermasalah di kemudian hari.
Kebijakan-kebijakan bermasalah di Indonesia termuat dalam daftar yang dikeluarkan oleh Kemendagri, yaitu daftar Perda/Perkada dan Peraturan Menteri Dalam Negeri yang Dibatalkan/Revisi. Daftar ini memperlihatkan bahwa dalam rentang waktu 2001-2016 terdapat 3.143 kebijakan yang dibatalkan atau direvisi oleh Kemendagri. Jika dirinci, dari lima provinsi di Kalimantan terdapat 209 kebijakan yang dibatalkan/revisi. Hal ini merupakan "pembakaran" anggaran, yang besarnya ratusan miliar dan berdampak pada program dan kegiatan daerah. Sebuah pemborosan anggaran yang berakhir sia- sia.
RI menyampaikan bahwa seorang analis kebijakan harus mampu memainkan peran dengan menyodorkan alternatif pilihan kebijakan kepada para pemangku kepentingan. Alternatif pilihan kebijakan yang disodorkan pun harus didasarkan pada kajian ilmiah dan data dukung di lapangan.
Namun, sayangnya jumah analis kebijakan di Indonesia masih sangat sedikit jika dibandingkan dengan jumlah kebijakan yang dihasilkan pemerintah. Data dari Pusat Pembinaan Analisis Kebijakan (Pusaka) LAN, sampai dengan September 2018 baru ada 172 oang analis kebijakan di Indonesia. Jumlah ini tentu sangat sedikit mengingat bahwa persebaran analis kebijakan ini tidaklah merata di seluruh Indonesia. Artinya, belum seluruh provinsi di Indonesia memiliki seorang analis kebijakan. Contohnya di Kalimantan, dari lima provinsi yang ada hanya dua yang memiliki analis kebijakan, yaitu Kalimantan Tengah dan Kalimantan Barat. Lebih mencengangkan lagi, ternyata dari dua orang analis kebijakan tersebut belum ada yang mendapatkan diklat analis kebijakan. Terutama diklat yang diselenggarakan oleh LAN sebagai instansi pembina analis kebijakan.
Meningkatkan Kualitas
Sekurang-kurangnya ada dua saran yang dapat diberikan untuk meningkatkan kualitas implementasi kebijakan yang dihasilkan. Pertama, penguatan sumber daya manusia. Sumber daya manusia yang menjadi pelaksana kebijakan harus mempunyai kemampuan untuk menguasai kebijakan yang akan ditawarkan kepada masyarakat. Hal ini agar masyarakat tidak bingung dan dapat memahami kebijakan baru yang akan diterapkan, sehingga tidak timbul kekecewaan di kemudian hari.
Kedua, penguatan tujuan pembuatan kebijakan. Ketika kebijakan disusun, bisa saja ada aktor-aktor yang memiliki tujuan, baik untuk kepentingan kelompok maupun kepentingan pribadi. Sehingga, terjadi tarik-menarik kepentingan di dalamnya, dan akhirnya kebijakan yang dibuat bukan untuk kebermanfaatan masyarakat luas, namun hanya untuk kalangan tertentu. Oleh karenanya, penting untuk memastikan bahwa kebijakan tersebut selaras dengan kebutuhan masyarakat.
Kegiatan implementasi kebijakan tentu akan disambut dengan sukacita oleh masyarakat, apabila peruntukan kebijakan tersebut memang benar-benar untuk kebaikan dan memiliki dampak langsung bagi masyarakat luas. Kebijakan yang dibuat demi menjawab kebutuhan masyarakat, dari kota sampai daerah terpencil. Semoga hal tersebut tercermin dalam pengambilan kebijakan-kebijakan di masa kini dan masa yang akan datang.
Sekian terimakasih..
Assalamualaikum pak
ReplyDeleteSaya indah pratama sari hadir pak.
Saya mau bertanya :Apa yang menyebabkan
Kebijakan scara implementasi contohnya program anti kemiskinan itu terbilang gagal?
This comment has been removed by the author.
ReplyDeleteSaya ingin bertanya pak : mengapa implementasi berbagai program yang dirancang oleh pemerintah pusat (federal government) cenderung gagal ketika diimplementasikan oleh pemerintah Negara bagian (state government).
DeleteAssalamualaikum sri suro wardani hadir pak
ReplyDeleteSaya mau bertanya pak:
Seperti apa contoh regulasi setingkat menteri dan program pembangunan rutin tahunan?
Assalamualaikum sri suro wardani hadir pak
ReplyDeleteSaya mau bertanya pak:
Seperti apa contoh regulasi setingkat menteri dan program pembangunan rutin tahunan?
Assalamualaikum sri suro wardani hadir pak
ReplyDeleteSaya mau bertanya pak:
Seperti apa contoh regulasi setingkat menteri dan program pembangunan rutin tahunan?
Assalamualaikum pak
ReplyDeletePiki ramadhan hadir pak..
Saya mau bertanya pak,apakah contoh salah satunya implementasi di kabupaten kuantan singingi?
terimah kasih
Asaalamualaikim pak
ReplyDeleteSaya Mia safitri hadir
Saya mau bertanya pak,
Mengapa perlunya revitaslisasi dan faktor2 apa saja yang mempengaruhi keberhasilan revitalisasi kebijakan?
This comment has been removed by the author.
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
DeleteAssalamualaikum Pak
DeleteRoza Mardianti hadir pak
Saya ingin mendambahkan sedikit pak
Ripley dan Franklin dalam bukunya yang berjudul Birokrasi dan Implementasi Kebijakan (Policy Implementation and Bureaucracy) menyatakan bahwa keberhasilan implementasi kebijakan atau program dapat ditujukan dari tiga faktor yaitu :
-Perspektif kepatuhan (compliance) yang mengukur implementasi dari kepatuhan strect level bereau crats terhadap atasan mereka.
-Keberhasilan implementasi diukur dari kelancaran rutinitas dan tiadanya persoalan.
-Implementasi yang berhasil mengarah kepada kinerja yang memuaskan semua pihak terutama kelompok penerima manfaat yang diharapkan”.
(Ripley dan Franklin, 1986:89)
Secara sederhana ketiga faktor diatas merupakan suatu kepastian dalam menilai keberhasilan suatu implementasi kebijakan sehingga kurang hilangnya salah satu faktor mempengaruhi sekali terhadap kinerja kebijakan tersebut.
Assalamualaikum, Fitri Chintia hadir pak..
ReplyDeleteSaya ingin bertanya : Faktor apa yang menyebabkan studi implementasi menghadapi masa yang sulit?
Terimakasih pak🙏
Assalamualaikum
ReplyDeleteVenti kurniati hadir pak.
Saya menanyakan apa saja dampak yang timbul akibat revitalisasi implementasi kebijakan khususnya di Indonesia.
Terima kasih pak 🙏
Assalamualaikum
ReplyDeleteVenti kurniati hadir pak
Saya menanyakan apa saja dampak yang ditimbulkan dengan adanya revitalisasi implementasi kebijakan khususnya di Indonesia.
Sekian terimakasih 🙏
assalamualaikum
ReplyDeletewini irawati Fajrin harir pak.
jelaskan siklus kebijakan seperti apakah yang dapat dilihat pada implementasi kebijakan
terimakasih
This comment has been removed by the author.
ReplyDeleteAssalamualaikum, saya Yesi oktaria hadir pak,
ReplyDeleteSaya mau bertanya pak,
Bagaimana implementasi kebijakan dalam menetapkan secara berkala.
Assalamualaikum pak.saya yayan syahputra
ReplyDeleteSaya mau bertanya pak.
Apa saja sebaik nya indikator supaya sdm yang menjalankan kebijakan itu tidak gagal?
Assalamualaikum
ReplyDeleteSaya Ella Mardatila hadir pak��
Menurut saya, Konflik terjadi karena adanya interaksi yang disebut komunikasi. Hal ini dimaksudkan apabila kita ingin mengetahui konflik berarti kita harus mengetahui kemampuan dan perilaku komunikasi. Semua konflik mengandung komunikasi, tapi tidak semua konflik berakar pada komunikasi yang buruk. Jika komunikasi adalah suatu proses transaksi yang berupaya mempertemukan perbedaan individu secara bersama-sama untuk mencari kesamaan makna, maka dalam proses itu, pasti ada konflik. Konflik pun tidak hanya diungkapkan secara verbal tapi juga diungkapkan secara nonverbal seperti dalam bentuk raut muka, gerak badan, yang mengekspresikan pertentangan. Konflik tidak selalu diidentifikasikan sebagai terjadinya saling baku hantam antara dua pihak yang berseteru, tetapi juga diidentifikasikan sebagai ‘perang dingin’ antara dua pihak karena tidak diekspresikan langsung melalui kata – kata yang mengandung amarah.
Assalamualaikum pak
ReplyDeleteAries prilia hadir pak
Aries ingin bertanyan pak bagaimana upaya pemerintah dalam menanggapi kegagalan secara impelentasi ?
Siap hadir Pak.
ReplyDeleteFebrie Gusti Indrayanto
Assalamualaikum pak.. Saya pega Kurniawan
ReplyDeleteApa dampaknya jika implementasi itu gagal dalam kebijkn pemerintahan pak
Assalamualaikum pak
ReplyDeleteSaya ingin bertanya Apa saja sebaik nya indikator supaya sdm yang menjalankan kebijakan itu tidak gagal?