Kerajaan Di Hulu Batang Kuantan, Ada Yang Menyebutnya KANDIS Dan DHAMNA Namun Nama Pasti Belum Dapat Kedudukannya

thumbnail

Alsar Andri Dosen Universitas Islam Kuantan Singingi

Ketika terjadi peristiwa air bah banjir nan besar sekali pada zaman Nabi Nuh As yang terjadi sekitar 3.400 SM diperkirakan terjadinya 6.000 tahun yang lalu, suatu riwayat menerangkan air bah ini menenggelamkan semua permukaan bumi (banjir global) dengan dalil Qs. Nuh : 26-27.

Nuh berkata: "Ya Tuhanku, janganlah Engkau biarkan seorangpun di antara orang-orang kafir itu tinggal di atas bumi. Sesungguhnya jika Engkau biarkan mereka tinggal, niscaya mereka akan menyesatkan hamba-hamba-Mu, dan mereka tidak akan melahirkan selain anak yang berbuat ma'siat lagi sangat kafir”. Qs. Nuh : 26-27.

Penjelasan pada dalil ini yang mengatakan membinasakan seluruh orang kafir di muka bumi merupakan dalil bahwa banjir ini memang banjir besar (global). Namun di sisi lainnya ada pula para ahli berpendapat banjir pada massa Nabi Nuh As ini hanya banjir lokal semata, menenggelamkan sekompok pada penduduknya meliputi wilayah Mesopotamia yakni wilayah Turki, Iran dan Rusia.

Pada waktu air bah melanda, Nabi Nuh As berseru kepada anaknya Qs. Hud : 42.

“Dan bahtera itu berlayar membawa mereka dalam gelombang laksana gunung. Dan Nuh memanggil anaknya, sedang anak itu berada di tempat yang jauh terpencil: "Hai anakku, naiklah (ke kapal) bersama kami dan janganlah kamu berada bersama orang-orang yang kafir". Qs. Hud : 42.

Riwayat menjelaskan yang dimaksud “Nuh memanggil anaknya” adalah Qanaan, adapula riwayat lain menyebutkan anaknya bernama Yam. Sedangkan anak Nabi Nuh yang ikut serta beliau yakni Sam, Ham dan Yafits. Ketiga anak cucu Nabi Nuh As inilah yang kelak melanjutkan keturunan. Qs. Ash-Shaffaat : 77.

“Dan Kami jadikan anak cucunya orang-orang yang melanjutkan keturunan”. Qs. Ash-Shaffaat : 77.

Diriwayatkan dari sahabat Samurah bahwasanya Nabi Muhammad Saw bersabda :

“Sam adalah kakek moyang orang Arab, Ham adalah kakek moyang Orang  Habsy dan Yafits adalah kakek moyang orang Romawi”.

Ham adalah kakek moyang orang Habsy yakni Ethiopia, Afrika dan Asia, boleh dikata kita yang berada di Asia ini adalah keturunannya Ham Bin Nuh. Berarti nantinya dari silsililah keturunan bisa diatrik terus ke atas kerajaan yang ada di hulu batang Kuantan itu dari anak cucunya Nabi Nuh yang bernama Ham Bin Nuh.

Plato (427-347 SM) pernah menukilkan ada kehidupan pada massa jauh sekali, terkadang anggapan Plato ini dianggap dongeng belaka namun tak sedikit pula yang membenarkan, kehidupan itu bernama Atlantis. Atlantis merupakan negeri yang makmur kehidupannya, termegah, termaju pada zamanya makmur dan sejahteralah, ini gambaran dari kehidupan Atlantis itu, tiada gambaran kehidupan yang semakmur Atlantis dibanding dengan negeri-negeri yang ada pada zamanya, begitulah Atlantis.

Banyak para peneliti, dari AS dan yang agak popular Prof. Arysio Nunes do Santos asal Brazil, pendapat para ahli ini kecenderungan mereka menyebutkan Atlantis yang hilang itu merujuk kepada Indonesia dengan berbagai ciri-ciri yang telah ditetapkan salah satunya adalah berpulau-pulau. Prof. Umar Anggara Jenny (Kepala LIPI Periode 2002-2010) beranggapan sisa terpenting dari Atlantis adalah Kepulaun Riau yakni Kabupaten Natuna. Ada semacam kecendrungan lagi dan mulai mengerucut bahwasannya Atlantis itu merujuk ke Indonesia, Indonesia merujuk ke Kepulaun Riau dan adapula mneyatakan di Riau, sedangkan Riau mengerucut ke Kabupaten Kuantan Singingi, Kabupaten Kuantan Singingi mengerucut ke Kecamatan Kuantan Mudik Lubuk Jambi.

Apa benar ? Kabupaten Kuantan Singingi Kecamatan Kuantan Mudik Lubuk Jambi merupakan bekas dari pada Atlantis yang hilang disebut Plato itu ? memang mewah, ranggilah berarti Kabupaten Kuantan Singingi ini, negeri yang dulu tentram, aman damai sentosa makmur sejahtera pula. Tepat pula lokasi yang dirujuk itu pada satu kehidupan yang nyata adanya terdapak situs peninggalan kerajaan di hulu batang kuantan ada yang menyebutnya Kerajaan Kandis dan adapula yang menyebutnya Kerajaan Dhamna, ada pendapat mengatakan adanya kerajaan ini sejak abad 1 SM dan adapula pada abad 7 M semasa Kerajaan Sriwijaya, namun semua itu belum tentu kedudukan pastinya.

Namun dirasa tak ada kekeliruan yang jauh melenceng dengan perujukan Atlantis yang hilang itu kepada Kabupaten Kuantan Singingi Kecamatan Lubuk Jambi, disitu memang ada situs peninggalan kerajaan yang konon dikabarkan begitu makmur dan sejahtera, kubah kerajaannya yang besar dan megah terbuat semuanya dari lapisan emas sehingga dipercayai emas yang banyak di aliran sungai batang kuantan itu merupakan sedikit dari serpihan kubah emas megah tersebut hingga batang kuantan menjadi lokasi aktivitas dompeng emas yang ramai sekrang ini tak habis-habisnya pula karena memang sifat emas di Kabupaten Kuantan Singingi adalah aliran emas alluvial membentang sepanjang aliran batang kuantan. Secara geografis, dulu sebelum meyatu menjadi bukit dan gunung-gunung tinggi menjulang-julang bukit barisan itu, geografis itu pulau pula. Dikabarkan pula Atlantis itu hilang diakibatkan letusan gunung berapi nan besar sangat, sama pula itu keadaan sekarang geografis yang ada.

Itulan sekelumit gambaran keraajaan yang ada di hulu batang kuantan. Bersambung dan sampai di sini saja, ini merupakan awalan naskah tentang kerajaan yang ada di hulu batang kuantan. Semoga tersusun selesai ditahun 2021.

Amin       


Tentang Administrasi Pertama Kali Dalam Islam

thumbnail

Ada beberapa istilah merujuk pada administrasi seperti kata Yudabbiru. KataYudabbiru terdapat dalam Al-Quran, beberapa kali kata Yudabbiru dinukilkan, salah satunya dalam Qs Yunus (10) Ayat 3.

Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah Yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arsy untuk mengatur (Yudabbiru) segala urusan……….” Qs Yunus (10) Ayat 3.

Kata Yudabbiru merupakan deviasi dari kata dabbara (mengatur). Namun Yudabbiru diartikan secara luas adalah mengarahkan, mengelola, melaksanakan, menjalankan, mengatur atau mengurusi. Namun kata ini (Yudabbiru) serasa lebih tepat disematkan pada istilah Piagam Madinah konstitusi (aturan) awal bernegara di Madinah pada massa Rasulullah Saw mengatur tatanan kehidupan kala itu, sedangkan untuk administrasi yang berkaitan catat mencatat, tulis menulis agaknya masih kurang tepat.

Lantas kapan ? administrasi benar-benar dikenal dan langsung dipraktekkan secara teknis oleh Islam ? Yapzh, pada zaman Khulafaur Rasyidin Umar Ibnu Khaththab r.a. Istilah administrasi pada waktu itu dikenal dengan DIWAN. Ada dua versi terkait kata diwan. Pertama : suatu hari Raja Kisra mengecek sekretaris Negara (sekretaris : kegiatan yang melekat dekat dengan administrasi) namun mereka menulis sambil berdiri, lalu Raja berkata “Diwanuh ayyi majjanin” (tempat duduknya gratis). Keren betul kata Raja ini terhadap sekretarisnya, langsung menyentuh dasar administrasi “kursi dan meja” sebagimana lanjutnya kegiatan ini disebut dengan birokrasi “bureau  dalam bahas Prancis yang berarti “meja kursi kantor”. Kedua : kata diwan dalam bahasa Persia yakni nama untuk setan. Sekretaris negaranya dipanggil dengan nama ini (diwan) karena kejelian mereka dalam menangani berbagai urusan, bak jeli dan hebatnya setan dalam menjalankan tugasnya menggoda anak adam, begitulah hendaknya keprofesionalan seorang sekretaris.

Terus ? apa yang menjadi inspirasi Khulafaur Rasyidin Umar Ibnu Khaththab r.a membuat diwan dalam pemerintahannya ? sebagaimana disebutkan dalam Kitab Al Ahkam Al Sulthaniyah Imam Al-Mawardi menukilkan sebagai berikut :

Para ulama berbeda pendapat faktor yang melatarbelakangi Umar Ibnu Khaththab r.a membuat diwan (administrasi). Sekelompok dari mereka berkata, “Faktor yang melatarbelakanginya adalah suatu hari Abu Hurairah r.a menghadap Umar Ibnu Khaththab r.a dengan membawa sejumlah uang dari Bahrain. Umar Ibnu Khaththab r.a bertanya kepada Abu Hurairah : ‘Berapa jumlah uang yang engkau bawa ?’ Abu Hurairah menjawab : ‘Aku membawa 500 ribu dirham. ‘Umar Ibnu Khaththab r.a menganggap uang tersebut sangat banyak kemudian ia berkata : ‘Tahukah engkau berapa perinciannya ?’ Abu Hurairah berkata : “Ya, 100 ribu dirham sebanyak lima kali’. Umar Ibnu Khaththab r.a berkata : ‘Apakah uang sebanyak itu bisa terkontrol dengan baik ?’ Abu Hurairah berkata : ‘Aku tidak tahu’. Umar Ibnu Khaththab r.a kemudian naik mimbar. Setelah memuji kepada Allah dan menyanjung-Nya, ia berkata : ‘Wahai manusia, sungguh telah datang kepada kita uang dalam jumlah yang banyak. Jika kalian mau, kami akan takar uang itu untuk kalian dan jika kalian mau, kami akan hitung uang itu untuk kalian ?’ Ada seseorang laki-laki dari mereka mengajukan usul : ‘Wahai Amirul Mukminin, aku pernah melihat orang-orang non-Arab membuat diwan (administrasi) untuk mereka. Karena itu, buatlah diwan (administrasi) Negara untuk kita’.

Inilah sejarah administrasi (diwan) pertama seklai dalam Islam, semasa Khulafaur Rasyidin Umar Ibnu Khaththab r.a. Tapi tunggu dulu, ada yang hendak kita bahas lebih lanjut terkait ini diwan (administrasi) setelah kita mengetahui asal-usul, seluk-beluk diwan (administrasi) tersebut. Ya, kita bisa ambil kesimpulan diwan (administrasi) tidak murni asal-usul, seluk-beluknya dari Islam tapi dari dari orang-orang non-Arab bisa saja dalam keterangan ini adalah orang-orang Persia (Ajam) bisa pula dari Romawi (Eropa kini). Karena memang sebelum Islam itu besar tumbuh berkembang dimula pada zaman Rasulullah sampai pada masa Khulafaur Rasyidin dan diteruskan pada masa Islam zaman Bani Umayyah dan Abbasiah Islam sudah diapit dua kekuasaan besar yakni Persia dan Romawi dan ini tak dapat kita pungkiri dan kita bohongi meskipun Islam itu sudah ada sejak 1442 H (hingga 2021), namun tahun ini relative baru jika berkaca ke belakang dengan sejarah bangsa-bangsa terdahulu.

Terus selanjutnya kita bertanya ? Bid’ah-kah ? Haram-Kah ? atau apakah ? tidak baik-kah ? dan lain-lain seterusnya terhadap penghukuman yang bukan asal-usul, seluk-beluknya dari Islam ? Tunggu dulu, jangan cepat menghukumi sesuatu yang baik tapi bukan dari Islam. Islam tentu bukan agama yang sempit, kusut, muram dan kusam, namun Islam merupakan agama nan Ranggi. Mari kita simak pula Hadist Nabi Muhammad Rasulullah Saw besabda : “Hikmah itu adalah barang yang hilang milik orang beriman. Di mana saja ia menemukannya maka ambillah”. (HR. Tirmidzi). Hadist ini menarik benang merah serta memberikan pemahaman jika sesuatu yang baik, bukan dari Islam tapi kita temukan itulah milik Islam, bukan lantas kita menghukuminya tak boleh, banyak lagi contoh kasus cerita seperti diwan (administrasi) ini bukan dari Islam namun baik, maka itu milik orang Islam, contoh lainnya seperti kubah masjid yang ditemukan orang Persia dan juga dinar dan dirham, dinar miliknya orang Persia dan dirham Miliknya orang Romawi.

Wallahualam Bissawab