ETIKA
Etika, berasal dari
bahasa Yunani yakni “ethos” yang dalam bentuk tunggal mempunyai banyak arti,
yaitu tempat tiggal yang biasa; padang rumput; kandang; kebiasaan; adat;
akhlak; watak; perasaan; dan sikap dan cara berpikir, sedangkan dalam bentuk jamaknya
etika yakni “ta etha” artinya adalah
adat kebiasaan yang selanjutnya menjadi buah pikiran terbentuknya istilah etika
yang oleh Aristoteles dipakai untuk menunjukan filsafat moral.
Etikan berasal dari
karsa, jiwa, rasa. Jiwa mempunyai nilai, nilai diakumulasikan menjadi
norma-norma dan selanjutnya menjadi kaedah-kaedah, apabila mempunyai kaedah
akan dapat melahirkan attitud (sikap).
Lebih jauh lagi etika
menjadi tolak ukur, indikator tingkah laku, prilaku, tindakan, watak ataupun
akhlak baik (akhlakuk karimah) maupun akhlah buruk (akhlakul mazmumah). Rasanya
tak ada lagi tameng ataupun pedoman bangsa ini, padahal negeri ini terkenal
dengan kebudayaannya yang agung, agama yang maha tinggi yang seharusnya dapat
membentuk pribadi, kelompok atau golongan bahkan bangsa kearah yang bermoral
dan berperadaban. untuk menuju berlomba-lomba kepada kebaikan (fastabikul
khairat) bukan malah berlomba-berlomba kepada keburukan (fastabikul sayyiah).
Miris rasanya,
teriris hati kecil (qalbu) hidup di negeri yang kaya akan dengan nilai-nilai,
norma-norma, kaidah-kaidah, namun penduduknya tidak mengenal dan tidak
mengamalkan lagi nilai luhur ini, sehingga kita merasakan kemerosostan prilaku
penduduk negeri ini.
Banyak sekali,
kejadian yang menyayat hati kecil di negeri ini, seakan negeri ini menghalalkan
segala cara untuk meraih cita-cita pribadi, kelompok. Negeri ini jauh rasanya
dari nilai-nilai luhur itu, tergerus mental dan prilakunya seperti mengalami
abrasi, terkikis sedikit demi sedikit. Padahal negeri berbudaya ini punya
falsafah bangsa yakni pancasila yang secara tersirat menggambarkan pembangunan
mental dan fisik, kemajuan bangsa ini tidak bisa hanya dikejar pada satu sisi
yang dinamakan dengan kesusksesan fisik, juga harus dibarengi dengan kemajuan
mental, agar negeri yang kaya ini tidak salah urus. Inilah yang dinamakan
dengan etika pancasilais.
Sila
pertama,ketuhanan yang maha esa, menggambarkan pembangunan ke arah mental. Hal
ini sangat erat kaitannya dengan etika ataupuk tindakan baik buruk. Sila kedua
kemanusian yang adil dan beradap juga menggambarkan pembangunan kearah mental.
Sila ketiga persatuan indonesia barulah menggambarkan pembangunan kearah fisik.
Sila ke emapt kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan masih menggambarkan pembangunan kearah mental. Sila
kelima keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia, sila terakhir ini
menggambarkan pembangunan fisik. Lihat, bagaimana sempurnanya flsafah bangsa
sudah memuat nilai-nilai norma-norma, kaidah yang berkaitan dengan mental serta
dapat membentuk prilaku yang mulia. Indonesia tidak bisa hanya maju dari satu
sisi, yakni fisik (pembangunan) saja, ia juga harus dibarengi dengan kemajuan
mental, kita bukan negara barat yang miskin dengan nilai-nilai kebaikan
meskipun mereka (negra barat) maju secara fisik tapi membiarkan mental (akhlak)
penduduknya menjadi buruk.
Namun apa yang
terjadi dengan negeri ini, kerusakan-kerusakan moral seakan menjadi tontonan
dan penghibur untuk rakyat bangsa ini disela ketidakpastian hidup. Etika tak
mampu lagi membendung prilaku buruk para pejabat publik, seakan-akan mereka
berlomba menontonkan keburukan, yang sudah menjadi rahasia umum.
Bayangkan saja,
negeri ini menjadi negara dideretan negara-negara korupsi. Layaklah negara ini
diberi predikat negara maling. Rata-rata kasus yang seksi dinegeri ini terkait
dengan korupsi, tidak tanggung-tanggung korupsi ini dilakukan oleh orang yang
secara pendidikan tinggi, dan pemangku-pemangku jabatan yang seharusnya
merekalah paling mengerti dengan etika, nilai-nilai dan norma-norma. Korupsi
itu dilakukan mulai dari tingkat menteri, ketua partai, anggota dewan, ketua
lembaga dan macam sebagainya.
Belum lagi
kasus-kasus lainnya dinegeri ini, padahal semestinya setiap lini kehidupan
haruslah memiliki etika baik sebagai pejabat, warga negara, dan sebagainya.
0 comments:
Post a Comment